PostRank

NII abal2 buatan intelegen untuk memberangus gerakan Islam yang mengusung ide penerapan Syariah Islam dalam bingkai Negara Islam, menurut Anda?

Hizbut Tahrir Indonesia

Monday, June 7, 2010

NGUNTAL YUYU


Malam itu…

Haiyah!!! Basi, menurut saya pribadi untuk mengawali sebuah narasi dengan kata2 “malam itu…” atau “pada suatu hari…” atau “di suatu siang yang panas…” dan kata2 yang senada. hmmm.. sebenarnya bukan masalah yang serius sih, sah2 saja bukan? Namun bagi saya, ketika mekakai kata2 tersebut terkesan seperti sebuah karangan saya dulu saat masih duduk di Madrasah Ibtida’iyah (setingkat SD).

Halah, malah berbelit-belit! Lalu apa hubungannya dengan NGUNTAL YUYU?? Begini, ada kalanya saya membutuhkan bacaan yang ringan dan sedikit menghilangkan, hmmm… saya rasa bukan menghilangkan tapi lebih tepatnya mengalihkan konsentrasi/perhatian saya dari suatu hal ke hal yang lain, dengan tujuan yang macem2. bahasa kasarannya, mbujug’i, atau mengelabui.

Analogi rumitnya begini, kita tahu bahkan dengan menutup mata sekalipun carut-marutnya persoalan bangsa saat ini sudah dalam stadium yang sangat parah. Belum selesai permasalahan satu, muncul permasalahan yang lain. Setiap pagi kita disuguhi berita yang isinya 90% adalah masalah, dan setiap hari itu permasalahan yang disuguhkan adalah permasalahan yang berbeda. Ada kalanya sebuah permasalahan ketika sudah mencapai stadium tertentu, ada pihak2 yang kemudian mencoba mengalihkan perhatian masyarakat dengan mencuatkan permasalahn yang lain. Bisa dengan permasalahan lain yang sama beratnya ada juga yang sifatnya ringan, bahkan bisa dikatakan bukan sebuah masalah.

Misalnya…, apa yahh?? Walah, kok malah nanya!!! Begini, skandal Century, belum belum tuntas penyelesaiannya muncullah kasus Gayus, ketika suhu makin memanas, mencuatlah kasus terorisme kembali. Dirasa masyarakat masih setia melihat sinetron berdujul “Century Gate”, bahkan penonton cenderung “mengintervensi” kebijakan “sang sutradara” yang punya hak menentukan kemana muara sinetron tersebut berakhir, jika tidak ada upaya pengalihan, dikhawatirkan penonton akan brutal, maka diperlukan sebuah tontonan yang lebih enak untuk disimak dan dijadikan topic dalam obrolan2 santai mereka. Lalu, bekerja sama dengan actor asing, penonton disuguhi tayangan yang lebih menarik tentang “Menculik Mulyani” oleh makhluk luar angkasa yang akan menguasai dunia, atau yang lebih dikenal dengan nama “World Bank”. Jadilah sinetron “Century Gate” tenggelam… dan begitu seterusnya… dan begitu seterusnya….

Atau, ditengah2 hiruk-pikuk permasalahan2 itu, satu tahun sekali bangsa Indonesia sejenak lupa, dan boleh dikatakan melupakan diri lalu menenggelamkan dalam hingar-bingar perayaan hari Kemerdekaan Indonesia yang sebentar lagi akan diperingati.

Harusnya analog itu simpel, gak muter2, biar mudah dicerna.... hahaag..., tentu saja hal tersebut benar, tapi saya tidak merasa bersalah, karena dari awal saya sudah menuliskan bahwa itu adalah ”analogi sulitnya”, bukan ”analogi” tanpa embel2 ”sulit” … lagian, guru matematika saya dulu selalu memberikan contoh soal yang hmmm... mudah dan sangat sederhana, giliran ngerjakan soal beneran, rumitnya itu loh,,, Ya Allah... tolooong. Akhirnya saya merasa dikelabui...

Woooooooooeeeeeeee... apa hubungannya dengan NGUNTAL YUYU???
Ho’oh, saya hampir saja lupa, dan lupakan mohon sejenak apa yang barusan saya tulis tadi. Hmmm begini (nah kan “begini” lagi, kalau dihitung kata tersebut sudah muncul 3 kali, hehe…), sebagaimana yang saya kemukakaan di awal tulisan ini, kadang saya membutuhkan hal2 untuk mengalihkan konsentrasi saya untuk kepentingan tertentu. Seperti yang terjadi di malam itu, saya, entah kenapa perut terasa mules, dan sudah hamper 3 kali saya wara-wiri ke WC. Ketika perut saya sudah menunjukkan intensitas “agresi militer” yang menurun, saya pun masih waspada karena tanda2 “gencatan senjata” belum ada. Lalu untuk mengalihkan pikiran saya yang terkonsentrasi pada rasa sakit tersebut, saya kemudian memilih-milih bacaan yang ringan2 saja, yang sebelumnya belum pernah saya sentuh sama sekali, bacaan tersebut berjudul “Humor Suroboyoan”

Hampir 1 - 6 bacaan saya lalui dan tidak satupun sense humor dalam buku tersebut tertangkap oleh saya, garing, begitu saya menyebutnya. Lalu sampailah saya pada judul “Nguntal Yuyu” seperti judul yang saya pakai dalam tulisan ini. Dari judulnya saja saya sudah mesam-mesem pengen ngakak, kerena penasaran lalu langsung saya baca. Berikut ini saya sertakan guyonannya, yah tentu saja dalam bahasa suroboyoan.

@@@@


Sore2 Wonokairun diajak ngobrol ambek Bunali

“Mbah, jare arek-arek sampean wis rabi ping telu. Yo tah?” takok Bunali.
“Yo bener tapi bojoku wis tebhal kabeh”, Jare Wonokairun.
“Lho kok isok?”, jare Bunali.
“Sing Pertama mati nguntal yuyu” Jare Wonokairun.
“Lha sing kedua?” takok Bunali maneh.
“Sing kedua mati nguntal yuyu” Jare Wonokairun
“Lha sing ketiga yo nguntal yuyu pisan?” Jare Bunali kemeruh.
“Gak. Matine mergo tak gibheng” jare Wonokairun.
“Lha opok’o?” Takok Bunali penasaran.
“Soale gak gelem nguntal yuyu….”

Terlepas dari rasional dan tidaknya guyonan di atas, setidaknya mampu membuat saya ngakak (lebay saya rasa, tepatnya tertawa), dan sedikit melupakan rasa yang melilit di perut saya.

Nah, pertanyaannya, apakah strategi mencuatkan isu-isu lain pada saat isu sentral sedang memanas adalah sebuah upaya untuk memecah konsentrasi atau mengalihkan perhatian massa saat itu, sebagaimana yang telah saya lalukan atas diri saya tersebut?? Samakah hal demikian dengan upaya pengelabuan massa???

*********************

glosarium:

* nguntal = makan, atau agak tepatnya menelan, biasanya kata ini dipakai untuk memakan sesuatu yang kecil, yang tidak membutuhkan pengunyahan, contohnya menelan pil (nguntal pil), dsb.
* yuyu = kepiting sawah,
* gibheng = opo yo?? phodho karo ta saplok, kaplok, dll, cuma gibheng lebih agak kasar n sadis gtu...


0 comments:

Post a Comment