PostRank

NII abal2 buatan intelegen untuk memberangus gerakan Islam yang mengusung ide penerapan Syariah Islam dalam bingkai Negara Islam, menurut Anda?

Hizbut Tahrir Indonesia

Thursday, June 26, 2008

SuRAt Untuk SaHabat…

Pren selamat ya… do’a dan harapanku sudah cukup terwakili oleh do’a ini

“BArakallah lak baraka alaik wa jama’aAssalamu’alaikum wr. Wb.

bainakuma bi khair”

Menyenangkan, bisa kenal kamu, pren. Meski tak begitu detail dan tak begitu lama, aku banyak menyimpan catatan kaki tentangmu. Sok! Ya? Kaya malaikat aja punya catatan…

Sayang ya pren, belakangan ini, aku mendengar perihalmu hanya dari orang lain. Ya, dari orang lain…

Nyesel memang gitu ya, datangnya telat! Apa mungkin ini karena… ah, tak patut masanya untuk diceritakan. Sepertinya kamu sudah mengerti. Saat itu aku fikir tindakanku itu sudah benar. Akupun tak pernah meminta Allah untuk mempertajam pendengaranku, kasarannya, biar aku bisa nguping seluruh pembicaraan. Suer aku ga sengaja. Aku bingung pren, ga tau caranya untuk menghentikanmu. Sorry, kalo solusi yang ku tempuh salah. Mungkin aku masih belum bisa berfikir mustanir, layaknya syekh Taqiyuddin. Dan sejak kamu tahu kalo saat itu aku mendengarnya… sikapmu aneh, lucu, masa pas ada telpon suaramu dikencengin. Sampai orang yang ga pengen denger pembicaraanmu aja ya.. terpaksa mendengarnya. Aneh, kataku. Padahal bukan itu yang aku maksud.

Sampai di sini aku kecewa pren. Kenapa? Karena kamu memposisikan aku sebagai Malaikat. Malaikat yang memata-matai saudaranya! Sadis,kejam, dan bengis!

Selepas itu… benar! Tak ada yang ku respon darimu. Tapi kadang muncul juga pikiran usil. Pengen tahu aja kalo kamu masih menganggap aku sebagai malaikat apa ga. Duh, ternyata masih! Kamu inget, adik kecil yang katamu mau belajar ngaji? Ah, siapa namanya ya? Sikapmu lho, lucu, proteksi yang luar biasa. Yo wes lah, berarti ini sudah ga bisa disembuhkan. Sampai pada akhirnya aku menjadi orang terakhir… ga pa2 aku terima, tapi tolong predikat ’malaikat’ itu jangan kamu lekatkan lagi di pundakku, oke!

Ya Sud lah. Toh ini salahku sendiri. Aku benar-benar minta maaf, meski ajaran Islam hanya menyuruh memberikan maaf saja. Mungkin sampai di sini cerita persahabatan kita… kamu akan disibukkan dengan urusan mu sendiri. Begitu juga dengan aku. Mana sempat nama-nama kita tertoreh dalam buku harian masing2, ya ga?!

Aku gagal jadi sahabat yang baik ya!

Wassalammualaikum Wr. Wb.

NB:

Suratku, untuk pren yang tak pernah ku berikan. Biarlah, yang penting dia sekarang sudah lebih baik.

0 comments:

Post a Comment